“Tidak ada data sampai saat ini yang menunjukkan korelasi kuat antara resesi global dengan pasar perumahan di Indonesia,” kata Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch (IPW), dalam acara Economic Outlook dan Prospek Sektor Perumahan Tahun 2023. Ali mencontohkan, ketika terjadi krisis ekonomi di Asia pada 1997-1998 yang ikut menjerumuskan Indonesia, pasar perumahan tidak ikut jatuh.
Lebih lanjut, pasar perumahan di Indonesia pun relatif aman ketika diterjang ketidakpastian ekonomi global pada 2018. Meski sempat mengalami penurunan pada tahun pandemi, Indonesia dengan cepat dapat pulih dari jurang resesi.
“Jadi sampai saat ini tidak ada data yang membuktikan kalau resesi global itu mempengaruhi signifikan di Indonesia. Kenapa? Karena 99,8 persen pembeli properti Indonesia itu lokal,”
Ali menerangkan, Indonesia diuntungkan dengan kinerja komoditas yang membaik. Menurut pengamatannya, 2 tahun setelah adanya peningkatan siklus komoditas, sektor properti akan ikut tumbuh.
“Kalau tidak salah ini 2021-2022 udah mulai tumbuh, nah kalau itung-itungan kasarnya 2023 [properti] tumbuh, tapi 2023 ada ancaman resesi dan mulai tahun politik,” ujarnya.
Kendati resesi global tidak berpengaruh pada sektor properti, justru tahun politik akan memberikan dampak cukup signifikan. Ali mencatat, pada awal tahun 2023 mendatang para developer perumahan akan berlomba memasukkan proyek baru ke pasar.
“Banyak pengembang yang mau entry pasar itu sebelum semester II, ini berlomba-lomba untuk mengambil semester I itu untuk memanfaatkan peluang sebelum masuk pemilu,” kata Ali.
Sumber: Bisnis.com
Author: Afiffah Rahmah Nurdifa
Editor : Denis Riantiza Meilanova